GfC6TUrlBUG0BSY0Tpr6BSM0Gd==

IKN dan Jalan Besar Menuju Nusantara: Sinergi Purbaya-Basuki dalam Menyatukan Visi Misi

Dibaca 0 kali




IKN dan Jalan Besar Menuju Nusantara: Sinergi Purbaya–Basuki dalam Menyatukan Visi dan Realita


Di balik jabat tangan hangat antara Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa dan Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) Basuki Hadimuljono, terdapat makna yang jauh melampaui simbol sopan santun birokrasi. Itu adalah representasi dari tekad bersama untuk menjadikan IKN bukan sekadar proyek fisik, melainkan tonggak sejarah ekonomi dan politik Indonesia menuju transformasi baru: dari sentralisasi ke pemerataan, dari simbol ke substansi.


Tiga Jalur Dana Jumbo dan Strategi Ekonomi Cerdas


Dalam pertemuan tersebut, Purbaya menegaskan kesiapan Kementerian Keuangan menyalurkan kebutuhan dana pembangunan IKN sebesar Rp 21 triliun melalui tiga jalur utama: Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU), serta investasi asing langsung (Foreign Direct Investment/FDI).

Langkah ini bukan sekadar strategi pembiayaan, melainkan desain ekonomi makro yang cermat — menjaga keseimbangan fiskal, meminimalkan beban APBN, dan membuka pintu selebar-lebarnya bagi partisipasi dunia usaha dan global.


Purbaya memahami bahwa pembangunan IKN adalah ujian ketahanan fiskal. Ia bukan proyek satu tahun, melainkan visi lintas generasi. Karena itu, menggabungkan dana domestik dan internasional menjadi pendekatan realistis agar pertumbuhan ekonomi tetap terkendali tanpa mengorbankan kredibilitas fiskal negara.





Basuki Hadimuljono: Kepemimpinan yang Menjamin Kepercayaan


Sebagai Kepala Otorita IKN, Basuki Hadimuljono memainkan peran kunci bukan hanya sebagai administrator, tetapi juga sebagai penjaga kepercayaan publik dan investor.

Dengan reputasi panjangnya dalam memimpin proyek infrastruktur nasional, Basuki membawa karakter kepemimpinan yang dikenal tegas, jujur, dan berorientasi hasil. Ia menyebut dirinya sebagai “marketing officer” IKN — metafora yang tepat untuk menggambarkan bagaimana Otorita kini aktif memasarkan proyek Nusantara ke dunia, menjalin mitra dari Uni Emirat Arab, Jepang, Korea, hingga Eropa.


Bersama timnya, Basuki memastikan percepatan pembangunan berjalan paralel dengan tata kelola keuangan, transparansi, dan keterbukaan informasi.

Langkah konkret seperti percepatan pembangunan kantor perbankan di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP), serta kolaborasi dengan enam investor swasta pada 2025, memperlihatkan bahwa Otorita IKN kini bergerak dengan ritme yang lebih terukur dan strategis.


Dimensi Intelektual dan Ekonomi Pembangunan


Pembangunan IKN harus dibaca dalam dua bingkai besar: ekonomi domestik dan geopolitik global.


Dari sisi domestik, proyek ini adalah upaya menyeimbangkan beban ekonomi yang selama ini terlalu berat di Pulau Jawa. Dengan menanamkan Rp 21 triliun dalam pembangunan tahap awal, pemerintah bukan hanya membangun kota baru, tetapi juga menciptakan magnet pertumbuhan di Kalimantan Timur — membuka lapangan kerja, memicu mobilitas investasi, dan memperkuat rantai pasok nasional.


Sementara dari sisi global, IKN adalah deklarasi diplomatik Indonesia: sebuah pesan bahwa bangsa ini siap menata ulang masa depan dengan konsep kota hijau, cerdas, dan inklusif yang sejalan dengan agenda pembangunan berkelanjutan (SDGs).

Keberhasilan IKN akan menjadi bukti kepada dunia bahwa Indonesia tidak hanya bisa membangun gedung tinggi, tapi juga mampu merancang peradaban baru yang efisien, ramah lingkungan, dan terukur.


Antara Harapan dan Kehendak Politik


Tidak ada megaproyek tanpa kritik, dan tidak ada cita-cita besar tanpa risiko. Namun yang menentukan bukan seberapa besar tantangan yang datang, melainkan seberapa kuat kehendak untuk menuntaskannya.

Baik Purbaya Yudhi Sadewa maupun Basuki Hadimuljono kini berada di garda depan membuktikan bahwa IKN bukan proyek politis sesaat, melainkan strategi kebangsaan jangka panjang yang akan menentukan arah ekonomi Indonesia di abad ke-21.


Sinergi keduanya memperlihatkan wajah baru birokrasi Indonesia — birokrasi yang tidak hanya bekerja, tetapi berpikir; tidak hanya mengatur, tetapi mengeksekusi; dan tidak hanya bermimpi, tetapi memastikan mimpi itu berdiri kokoh di atas tanah Nusantara.


Penutup


Purbaya dan Basuki sedang menulis bab penting dalam sejarah ekonomi Indonesia.

Dengan komitmen fiskal yang cermat, kepemimpinan teknokratik, dan diplomasi pembangunan yang aktif, mereka tengah menyiapkan bukan sekadar ibu kota baru, melainkan pusat peradaban baru yang menandai kebangkitan Indonesia modern.


Jika langkah ini konsisten, maka IKN tidak hanya akan menjadi “ibu kota”, melainkan simbol dari Indonesia yang mampu mengelola harapan menjadi kenyataan — dan dari sana, dunia akan tahu bahwa Nusantara benar-benar telah bangkit.

0Komentar

© Copyright - YOUTHMA ALL QAUSHA ARUAN
Berhasil Ditambahkan

Type above and press Enter to search.